LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
Disusun oleh :
· Azzahra Dwi Anggreani (D1A200222)
· Danang febrian pratama (D1A200014)
· Febi sinaga (D1A200139)
· Lulu Syifa Fauziah (D1A200221)
· Monikha Hellenia Sephia (D1A200134)
· Susan Lestari (D1A200010)
PRODI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL- GHIFARI BANDUNG
2021
PRAKTIKUM 1
TITRASI REDOKS (PERMANGANOMETRI)
1.1. Tujuan Praktikum:
· Memahami konsep dasar reaksi oksidasi dan reduksi.
· Untuk mengetahui kadar besi (Fe).
1.2. Prinsip Praktikum
Permanganometri adalah metode titrasi yang berdasarkan reaksi redoks di mana Kalium Permanganat berperan sebagai reduktor yang dapat mengoksidasi suatu zat dalam dua kondisi yaitu:
1. Dalam suasana asam: MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O
2. Dalam suasana basa: MnO4- + 2H2O + 3e- → MnO2 + 4OH-
Dalam reaksi ini MnO4 akan berubah menjadi Mn2+. Teknik titrasi ini digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel. Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah Kalium Permanganat. Kalium Permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer.
1.3. Dasar Teori
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh Kalium Permanganat (KMnO4). Reaksi ini fokus pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal ratusan tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung dengan alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+.
Meski begitu, terdapat beberapa ion logam yang tidak dioksidasi tapi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan metode permanganometr i. Yaitu:
1. Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasinya dapat dihitung banyaknya ion logam tersebut. \
2. Ion-ion Ba dan Pb dapat diendapkan sebagai garam khormat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih.
3. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan mentitrasinya dengan KMnO4.
Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Tidak memerlukan indikator dan kelemahannya adalah adalah dalam medium HCl. Umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumlah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya, dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, dan lebih lazim dengan memanaskan larutan yang dibuat sampai menindih dan mendiamkannya di atas penangas uap selama satu atau dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tidak mereduksin speeti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.
Setetes permanganat memberikan warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakannuntuk menunjukkan kelebihan pereaksi. Kalium permanganate distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya arna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat. Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, tapi beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.
1.4. Alat dan Bahan:
Alat : Bahan:
- Buret - KMnO4
- Beaker glass - Asam Oksalat 0,1 N
- Erlemeyer - H2SO4 2N
- Pipet volume - FeSO4.7H2O
- Kassa asbes dan kaki tiga - Indikator kanji
- Pembakar spirtus
1.5. Prosedur
1. Pembuatan larutan standar sekunder KMnO4 0,1 N
Timbang dengan teliti 3.3 g KMnO4 larutkan dalam 100 ml aquadest dalam beaker glass 100 ml, didihkan selama 15 menit.
2. Standarisasi larutan standar sekunder KMnO4 0,1 N
Pipet 10 ml larutan standar primer Asam Oksalat 0,1 N ke dalam erlemeyer kemudian tambahkan 10 ml H2SO4 2N lalu titrasi dengan KMnO4 0,1 N sebanyak 3 tetes. Selanjutnya hangatkan titrat hingga suhu 70-80 ºC kemudian lanjutkan lagi titrasi hingga terbentuk warna merah jambu yang konstant. Hitung konsentrasi KMnO4 yang sebenarnya.
3. Penentuan kadar sampel (FeSO4.7H2O)
Pipet 10 ml sampel kedalam erlemeyer dan tambahkan 10 ml H2SO4 2N, 10 ml aqudest, dan 1 ml indikator kanji. Titrasi dengan KMnO4 0,1 N hingga terbentuk warna biru yang konstant. Hitung kadar FeSO4.7H2O.
1.6. Data Pengamatan
Titrasi Ke |
1 |
2 |
3 |
V. Titrasi |
4,2 ml |
3,88 ml |
3,9 ml |
1.7. Perhitungan
Hasil:
V1 x N1 = V2 x N2
V KMnO4 x N KMnO4 = V. Oks x N. Oks
3,90 x N KMnO4 = 10 x 0,1
N KMnO4 = 10 x 0,1 / 3,90
N KMnO4 = 0,256 N
Teori :
Untuk mencari volume titrasi yang sesuai teori :
V1 x N1 = V2 x N2
V KMnO4 x N KMnO4 = V. Oks x N. Oks
V KMnO4 x 0,1 = 10 x 0,1
V KMnO4 = 10 x 0,1 / 0,1
V KMnO4 = 10 ml
(volume titrasi yang didapat seharusnya).
1.8. Pembahasan
Pada praktikum kali ini konsentrasi KMnO4 yang di dapat adalah 0,256 N , padahal menurut teori seharusnya 0,1 N. Volume titrasi pembakuan yang di dapat adalah 3,90 ml padahal seharusnya 10 ml atau mendekati 10 ml. Hasil praktium sangat jauh dari teori karena ada beberapa faktor :
1. Pembuatan KMnO4 0,1 N yang kurang teliti.
Hal ini bisa di sebabkan karena mungkin pada saat pembuatan KMnO4 0,1 tidak menggunakan alat ukur yang sesuai. Karena ntuk pembuatan larutan standar sekunder titrasi, seharusnya alat yang digunakan untuk melarutkan dan mengukur adalah labu ukur 100 ml. Karena tingkat akurasi labu ukur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan beaker glass. Teknik melarutkan dan menandabataskannya pun harus di perhatikan.
2. Penyimpanan KMnO4 yang kurang sesuai
Hal ini bisa terjadi karena penyimpanan larutan di dalam ruangan yang terang. Walau di tempatkan di dalam botol amber, namun pada saat menuangkan larutan bisa saja KMnO4 terurai menjasi MnO2 dan rusak. Sehingga titik akhir titrasi yang seharusnya berwarna ungu muda menjadi coklat muda dan mengalami perubahan volume titrasi yang diperlukan. Untuk menghindarinya, pada saat menuang larutan KMnO4 harus dilakukan di ruangan yang minim cahaya misal lampu dimatikan atau jendela di tutup gordein tebal.
3. Buret yang digunakan bukan Buret amber (gelap) melainkan buret terang.
Hal ini jelas sangat berpengaruh. Ketika titrasi larutan KMnO4 dalam buret terang bereaksi dengan cahaya sehingga KMnO4 mengalami reaksi penguraian sehingga sangat berpengaruh terhadap hasil. Selain itu, larutan KMnO4 yang digunakan tidak fresh, sehingga mungkin juga adanya kontaminasi.
Pada saat titrasi, TA sudah di dapatkan yaitu berwarna ungu muda.dan tidak terlau pekat. Namun hasil yang didapat sangat jauh dari teori. Karena pada pembakuan KMnO4 tidak didapatkan hasil yang bagus, maka titrasi di hentikan dan tidak dilanjutkan ke titrasi sampel.
1.9. Kesimpulan
Pada percobaan kali ini,pembakuan KMnO4 tidak berhasil, sehingga tidak dilanjutkan ke titrasi sampel FeSO4.7H2O dan titrasi di hentikan.Namun dari praktikum kali ini kami dapat mengetahui bagaimana sifat dari larutan KMnO4. Terutama sifatnya yang sangat sensitif dengan cahaya. Sifatnya yang dapat bereaksi dan mudah terurai karena cahaya.
1.10. Daftar Pustaka
· Y, Setyawati,Titrasi Permanganometri. UNDIP
· Perbandingan Metode Penentuan Kadar Permanganat Dalam Air Kran Secara Titrimetri Dan Spektrofotometri UV-Vis. Puji, Hanik 2018.
· Inayah, Ita., & Rahmania, Inti. 2021. Modul Praktikum Kimia Analitik. Universitas Al-ghifari. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar