Rabu, 16 Juni 2021

ARTIKEL 1- Laporan Praktikum Kimia Dasar ( Titrasi Asam Basa, Stoikiometri Reaksi, Destilasi, Pembuatan Garam dan Garam Kompleks, Pengenalan Gas)

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR


 


 

Disusun oleh :

·         Azzahra Dwi Anggreani (D1A200222)

·         Danang febrian pratama (D1A200014)

·         Deni rosandi (D1A200117)

·         Eva Mutba Widiyaningrum (D1A200225)

·         Febi sinaga (D1A200139)

·         Lintang Arya Lestari  (D1A200122)

·         Lulu Syifa Fauziah (D1A200221)

·         M insan kamil yusup (D1A200151)

·         Monikha Hellenia Sephia (D1A200134)

·         Raisa Listiani (D1A191993)

·         Rini Supaiza (D1A200145)

·         Susan Lestari (D1A200010)

·         Putri Regina (D1A200123)

·         Putri Zaitun Nahar (D1A200196)

 

 

PRODI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS AL- GHIFARI BANDUNG

2021

 

 

 

 

BAB I

DASAR TEORI

1.1  Titrasi

Ilmu kimia adalah ilmu yang dikembangkan berlandaskan eksperimen melalui pendekatan ilmiah. Dalam ilmu kimia dipelajari perubahan-perubahan zat baik secara fisik maupun secara kimia. Perubahan dimana terbentuk suatu senyawa yang jenis dan sifatnya berbeda dari zat pembentuknya, disebut sebagai perubahan kimia atau reaksi kimia. Perubahan yang menunjukkan reaksi kimia dapat diamati oleh terbentuknya hasil reaksi, seperti gas, endapan, warna, dan perubahan kalor.

Dalam menuliskan persamaan kimia, rumus kimia pereaksi diletakkan di ruas kanan kiri persamaan, sedangkan rumus kimia hasil-hasil reaksi di ruas kanan persamaan. Antara kedua ruas tersebut dihubungkan oleh tanda panah yang menyatakan perubahan pereaksi menjadi hasil reaksi. Selain itu, untuk menunjukkan bahwa reaksi setara, diungkapkan dengan koefisien reaksi. Koefisien reaksi menunjukkan jumlah atom atau molekul yang terlibat dalam reaksi, atau menyatakan pula jumlah mol senyawa yang bereaksi. Misalnya reaksi antara gas nitrogen dan hidrogen membentuk gas amonia, persamaannya:

 

N2 (g) + 3 H2 (g) = 2 NH3 (g)

 

Persamaan itu menyatakan bahwa, satu molekul nutrogen bereaksi dengan tiga  molekul hidrogen membentuk dua molekul amonia, atau satu mol nitrogen bereaksi dengan tiga mol hidrogen membentuk dua mol amonia. Angka 1, 3, dan 2 adalah koefisien reaksi. Angka 1 tidak dituliskan dalam persamaan kimia. Secara laboratorium, untuk mengetahui koefisien dalam persamaan kimia diperlukan sederetan hasil percobaan. Salah satu cara sederhana untuk menentukan koefisien reaksi adalah dengan metode Variasi Kontinu.  Prinsip dasar metode ini adalah, apabila dalam sederetan percobaan yang dilakukan, jumlah molar total campuran pereaksi dibuat tetap, sedangkan jumlah molar masing-masing pereaksi dibuat berubah secara teratur (diberagamkan secara beraturan dan kontinu), maka perubahan yang terjadi akibat adanya reaksi anatara campuran pereaksi, seperti massa, volume, dan suhu dapat digunakan untuk menentukan koefisien reaksi atau stoikimetri reaksi.

Jika perubahan yang terjadi dialurkan terhadap jumlah molar masing-masing pereaksi dalam satu grafik, maka akan diperoleh titik potong maksimum atau titik potong minimum dari masing-masing pereaksi yang dicampurkan. Titik potong yang terbentuk menyatakan perbandungan koefisien dari masing-masing pereaksi.

 

1.2  Stoikiometri Reaksi

Stoikiometri di dalam ilmu kimia, (kadang disebut stoikiometri reaksi agar membedakannya dari stoikiometri komposisi) ialah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia . Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran). Stoikiometri di dasarkan pada hukum dasar kimia, yaitu hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum perbandingan berganda.

Perubahan yang menunjukkan reaksi kimia dapat diamati dari terbentuknya hasil reaksi seperti gas, endapan, warna, dan perubahan kalor. Koefisen reaksi menyatakan jumlah atom atau jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi atau jumlah mol senyawa yang bereaksi. Salah satu cara menentukan koefisen reaksi dengan menggunakan metode variasi kontinu (jumlah molar total campuran pereaksi dibuat tetap, sedangkan jumlah molar masing-masing pereaksi dibuat berubah secara teratur).

 

1.3  Destilasi

Menurut sejarah, destilasi ditemukan pertama kali oleh seorang kimiawan Yunani pada abad pertama masehi. Perkembangan proses destilasi dipicu oleh tingginya permintaan spirtus. Hypatia, dari Alexandria menemukan rangkaian alat untuk proses destilasi. Dan Zosimus yang juga berasal dari Alexandria bisa menggambarkan proses destilasi pada abad ke-4.

Salah satu penerapan dari metode destilasi adalah pemisahan minyak mentah untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, seperti transportasi, pembangkit listrik, dll. Udara didestilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk mengis ibalon. Destilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling.

Destilasi merupakan proses pemisahan dua atau lebih komponen zatcair. Destilasi terdapat beberapa jenis di antaranya destilasi sederhana, destilasi uap, destilasi vakum, dan destilasi bertingkat atau fraksinasi. Praktikum yang dikerjakan adalah destilas isederhana. Prosesnya dilakukan dengan memanaskan zat dengan tujuan untuk untuk memurnikannya berdasarkan perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini cairan akan berubah menjadi uap.Uap ini adalah zat murni atau hasil destilasi.

Pada proses destilasi, menara destilasi berbentuk vertikal, terdiri atas kondensor yang terpasang di bagian paling atasmenara, dan reboiler di bagian paling bawah. Di dalam menara destilasi terjadi proses penguapan dan pengembunan yang berulang-ulang melalui pertukaran panas yang terjadi pada kondensor, reboiler, dan kontak uap-cair sepanjang menara.

Salah satu cara untuk mengerjakan destilasi yaitu dengan cara mengurangi tekanan pada temperatur yang tetap. Tetapi yang lebih umum adalah mendestilasi pada tekanan tetap dengan menaikkan temperatur. Jika dalam destilasi sederhana, uapnya diambil dan dikondensasi, maka pada metode destilasi terfraksi dilakukan dengan jalan berulang-ulang secara berurutan. Dengan cara demikian akan dihasilkan yang jauh lebih murni dibandingkan dengan destilat sederhana (Atkins, 1994).

Lebih jauh mengenai destilasi atau penyulingan, metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan dapat juga disebut teknik pemisahan kimia berdasarkan perbedaan titik didih. Di dalam penyulingan, campuran zat di didihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian di dinginkan kembali kedalam bentukcairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebihdulu. Metode ini merupakan termasuk jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya.

Cairan yang menjadi uap merupakan senyawa murni yang terpisah dari campurannya. Jika semua cairan sudah terpisah maka terdapat residu yang bersifat padatan. Hasil destilasi disebut destilat. Destilasi tergantung pada temperatur zatnya, beberapa molekul zat cai rmemiliki energi yang cukup untuk diubah dan membuat suatu tekanan uap. Kecendrungan penguapan menjadi lebih besar karena energi kinetik yang ditambah dari kenaikan temperatur. Ketika suatu cairan dipanaskan sampai tekanan uapnya sama dengan atmosfer lingkungan cairan yang mendidih, maka hal ini disebut titik didih. Besarnya perbedaan titik didih beberapa senyawa berbanding lurus dengan tingkat kemudahan pemisahannya. Semakin besar perbedaan titik didih akan semakin mudah pula pemisahan senyawa tersebut. Dan sebaliknya, apabila perbedaan titik didih kecil maka akan semakin sulit pula pemisahan senyawanya.

1.4  Pembuatan Kristal Garam

Natrium klorida atau garam dapur. Industri garam umumnya sama tuanya dengan sejarahmanusia. Sejak dulu garam sudah menjadi bagian penting dalam makanan manusia. garam merupakan bahan pokok yang amat vital bagi kehidupan manusia, sumber pembuatan berbagai bahan kimia dan dewasa ini merupakan salah satu soko guru peradaban dan industri dunia yang kompleks ini (Austin, 1996: 219).

Garam merupakan bahan baku dasar untuk bermacam ragam bahan kimia, seperti natrium hidroksida, natrium sulfat, asam klorida, natrium fosfat, dan natrium klorat dan klorit, dan juga merupakan sumber berbagai bahan lain melalui turunan atau derivatifnya. Boleh dikatakan seluruh klor yang dihasilkan di dunia dibuat melalui elektrolisis natrium klorida. Garam digunakan untuk regenerasi natrium zeolit yang digunakan sebagai pelunak air dan banyak pula dipakai dalam pembuatan berbagai bahan kimia organik (Austin, 1996: 219).

Kalium nitrat pernah merupakan bahan yang sangat penting dalam pembuatan mesin, tetapi sekarang lebih berguna untuk pupuk, piroteknik, dan sebagai medium perpindahan kalor (dalam campuran eutektik dengan NaNO3), untuk perlakuan panas baja dan dalam bahan makanan. Dahulu, zat ini dikumpulkan dari bintik-bintik di mana ia terbentuk oleh aksi bakteri pada kotoran hewan dan manusia dan mengkristalisasi karena evaporasi (gulung bawah tanah di Persia dan kandang kuda di India). Sekarang kalium nitrat dipulihkan dari selpeter Chili yang mengandung kira-kira 10% kalium nitrat. Zat ini sekarang dibuat melalui dekomposisi ganda antara NaNO3 dan KCl:

 

NaNO3(aq) + KCl(s) → NaCl(s) + KNO3(aq)   ∆H = + 13,2 Kj

 

Mula-mula dibuat larutan panas NaNO3 pekat dan HCl padat, lalu dicurahkan ke dalam bejana itu. Pada waktu pemanasan, kristal KCl akan berubah menjadi kristal NaCl, dan larutan kalium nitrat itu dialirkan melalui kristal NaCl di dasar bejana. Kemudian ditambahkan air sedikit untuk mencegah pengembangan NaCl lebih jauh pada waktu larutan itu didinginkan (Austin, 1996: 306).

NaCl dapat dikatakan mempunyai bangunan kemas rapat bangun kubus maka ion Cl- dan ion Na+ yang lebih kecil menempati rongga okatahedral. Selain itu bangun ini juga akan memperlihatkan adanya bentuk kubus pusat muka yang dibangun oleh ion-ion Na+ seperti halnya dibangun ion-ion Cl-. Oleh karena itu, kisi kristal NaCl merupakan dua kisi kubus pusat muka yang saling tertanam di dalamnya (interpenetrasi), (Sugiyarto, 2003: 36).

Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar karena banyak zat padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris. Telah lama para ilmuan menduga bahwa atom, ion, maupun molekul zat padat juga tersususn secara simetris (Svehla, 1986: 306).

Struktur kristal. Padatan dapat dibagi menjadi dua kelompok: kristal dan amorf. Es merupakan padatan kristal (crystalline solid), yang memiliki keteraturan yang kaku dan menjangkau-jauh atom-atomnya, molekul-molekulnya, atau ion-ionnya menempati tempat tertentu. Susunan atom, molekul, atau ion dalam padatan kristal adalah sedemikian rupa sehingga gaya tarik-menarik antarmolekul neto pada keadaan maksimumnya. Gaya yang menyebabkan kestabilan kristal dapat berupa gaya ion, ikatan kovalen, gaya van der Waals, ikatan hidrogen atau kombinasi gaya-gaya ini. Padatan amorf seperti gelas tidak memiliki susunan yang tertata baik dan keteraturan molekul yang menjangkau-jauh. Satuan struktur dasar yang berulang pada padatan kristal disebut sel satuan (Chang, 2005: 378).

Dalam arti yang luas, senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggantian dua atau lebih senyawa sederhana yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri misalnya dalam proses penggantungan sifat berikut :

 

A   +   B        AB

 

Senyawa ini dianggap senyawa kompleks.

Contoh lain yang benar-benar bersifat elektrostatik dapat terjadi dalam larutan ion kalium dan ion nitrat, misalnya ternyata bergabung dalam larutan, meskipun sedikit jumlahnya. Menurut persamaan reaksi berikut :

 

K+   +   NO3-        K+NO3-

Dalam persamaan reaksi ini senyawa kompleks K+NO3- disebut pasangan ion atau senyawa kompleks gabungan ion. Reaksi jenis ini terutama terjadi dalam pelarut-pelarut yang mempunyai tetapan dielektrika rendah.

 

1.5  Reaksi Pengenalan Gas

Suatu Senyawa anorganik terdiri dari ion ion, baik kation maupun anion yang bila direaksikan dengan asam encer/pekat pada keadaan dingin/panas dapat mengeluarkan gas berwarna atau tidak berwarna.

Berbagai gas kation atau anion dapat dibedakan satu dengan lainnya secara reaksi kimia maupun berdasarkan sifat fisikanya.

Contoh :

·         CO3-2+ 2H+                             H2CO3

·         HCO3                                     H2O +CO2

·         Ba(OH)2+ CO2                      BaCO3 +H2O

Ion CO3-2 dengan asam(H+) akan menghasilkan gas yang dapat mengeruhkan air barit atau Ba(OH)2 sifat ini tidak dimiliki oleh gas lain.

A.    Gas Hidrogen

Hidrogen merupakan unsur yang paling  ringan dan paling sederhana karena mengandung 1 proton dan 1 elektron. Dalam keadaan bebasnya berbentuk molekul gas diatomik, yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak dapat dirasakan.  Hidrogen merupakan unsur yang sangat aktif secara kimia sehingga jarang sekali ditemukan dalam bentuk bebasnya. Dialam, hidrogen terdapat dalam bentuk senyawa dengan unsur lain, seperti dalam air hidrogen berikatan dengan oksigen atau dengan karbon dalam metana. Untuk dapat memanfaatkannya, hidrogen harus dipisahkan terlebih dahulu dari senyawanya.

Hidrogen berasal dari bahasa latin yaitu hydrogenium adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794 amu, hidrogen adalah unsur teringan di dunia. Senyawa hidrogen relatif langka dan jarang dijumpai secara alami di bumi, dan biasanya dihasilkan secara industri dari berbagai senyawa hidrokarbon seperti metana. Hidrogen juga dapat dihasilkan dari air melalui proses elektrolisis, namun proses ini secara komersial lebih mahal daripada produksi hidrogen dari gas alam.

Hidrogen atau H2 mempunyai kandungan energi per satuan berat tertinggi, dibandingkan dengan bahan bakar manapun. Kelarutan dan karakteristik hidrogen dengan berbagai macam logam merupakan subjek yang sangat penting dalam bidang metalurgi dan dalam riset pengembangan cara yang aman untuk menyimpan hidrogen  yaitu digunakan sebagai bahan bakar. Kelarutan hidrogen dalam logam disebabkan oleh distorsi setempat ataupun ketidakmurnian dalam ke kisi hablur logam. Hidrogen bereaksi secara langsung dengan unsur – unsur oksidator lainnya.

 

Aluminium termasuk unsur yang banyak terdapat di kulit bumi. Umumnya aluminium ditemukan bergabung dengan silikon dan oksigen, seperti dalam alumininosilikat, yang terdapat dalam karang sebagai granit dan tanah liat. Logam aluminium berwarna putih, mengkilat, mempunyai titik leleh tinggi yaitu sekitar 660°C, moderat lunak dan lembek lemah jika dalam keadaan murni, tetapi menjadi keras dan lunak jika dibuat paduan dengan logam-logam lain. Densitasnya sangat ringan sebesar 2,73 g/cm3. aluminium merupakan konduktor panas dan konduktor listrik yang baik, namun sifat ini lebih rendah dibandingkan dengan sifat konduktor tembaga. Atas dasar sifat-sifat tersebut, logam aluminium sangat banyak manfaatnya. Dalam industri rumah tangga, misalnya untuk peralatan masak/dapur, dalam induustri makanan misalnya untuk pembungkus makanan, kaleng minuman, pembugkus pasta gigi dan lain sebagainya. Reaksi alumunium dengan basa menghasilkan gas hidrogen. Alumunium dapat menunjukkan sifat asamnya jika direaksikan dengan basa seperti larutan NaOH.

B.     Gas Amoniak(NH3)

Gas Amoniak (NH3) adalah gas yang mempunyai bau. Gas ini dapat dibuat dengan mereaksikan Ammonium Khlorida (NH4Cl) dengan larutan Natrium Hiidroksia (NaOH) dan dipanaskan dalam tabung reaksi. Adanya gas ini dapat diketahui dari baunya, jadi kita dapat mengenalnya dengan jalan membau. Dalam membau jangan sekali-kali mendekatkan hidung kita pada mulut tabung reaksi, lebih-lebih untuk gas yang berbahaya. Cara membau adalah dengan mengibas-ngibaskan tangan diatas mulut tabung dan hidung kita pada jarak yang relative jauh berusaha membau gas yang keluar. Kertas pH dipakai sebagai indikator /petunjuk apakah senyawa tersebut bersifat asam atau basa dengan meliht perubahan warnanya.

Reaksi lain dapat dilihat dengan mengamati perubahan yang terjadi seperti timbulnya gelembung gas. Bila logam dimasukkan ke dalam larutan  reaksi asam maka akan terjadi reaksi yang menghasilkan gas H2 melalui reaksi redoks. Kecepatan reaksi redoks ini berbeda antara logam satu dengan yang lain.

Suatu perubahan kimia sering disebut dengan reaksi kimia. Kata kerja  bereaksi selalu berarti membentuk zat baru. Zat semula yang kemudian berubah disebut pereaksi (reaktan), sedangkan zat baru yang terbentuk disebut hasil reaksi (produk).Sebagai contoh,pada proses fotosintesis tumbuhan,gas karbondioksida dari udara bereaksi dengan air yang diserap dari tanah,menghasilkan karbohidrat dan oksigen.Dalam contoh ini,karbon dioksida dan air merupakan pereaksi,sedangkan karbohidrat dan oksigen merupakan hasil reaksi.

C.    Gas Karbon Dioksida (CO2)

Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.

Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida anorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan proses geotermal lainnya seperti pada mata air panas.

Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 °C. Dalam bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering.CO2 adalah oksida asam. Larutan CO2 mengubah warna lakmus dari biru menjadi merah muda.

 

1.6   Pembuatan Garam Kompleks

Senyawa kompleks mempunyai keistimewaan pada banyaknya(Jumlah) senyawa dan kesetabilannya. Misalnya senyawa komplekskobalt, krom, dan senyawa kompleks tembaga.

Pada percobaan ini pertama-tama akan dilakukan pembuatan garam kompleks Cu tetraamin sulfat, kemudian dilakukan penetapan rumus kesetabilan kompleks. Ada tiga cara menetapkan rumus kompleks secara sepektrofotometer, yaitu :

1.      Metode variasi kontinu

2.      Metode banding molar

3.      Metode angka banding lereng

Contoh reaksinya :

Cu(H2O)4  + NH3                                Cu(NH3)2 (H20) + NH3 + 2H2O (biru)

Cu(NH3)2 2(H2O)2 + N                         Cu(NH3)4 + 2H20 (biru tua)

Cu(H2O) 4SO4 + 4 NH3                      Cu(NH3)4SO4 + 4 H20

Garam Garam merupakan senyawa yang umumnya merupakan hasil reaksi asam dan basa yang dapat bersifat asam, basa, ataupun netral. Larutan garam dapat menghantarkan listrik. Garam-garam kuat akan menunjukkan daya hantar listrik yang lebih tinggi dari pada garam-garam lemah. Garam-garam kuat merupakan klorida dari logam alkali dan alkali tanah, sedang klorida dari aluminium, raksa kadmium, dan berilium adalah garam lemah.

Senyawa kompleks Kompleks merupakan suatu senyawa yang ligannya (ion, molekul/ atom donor elektronnya) membentuk ikatan-ikatan koordinasi atau kovalen koordinasi dengan suatu atom-atom pusat. Ligannya sebagai donor pasangan elektron dan atom pusatnya sendiri bertindak sebagai akseptor donor pasangan elektron tersebut. Tak jarang pula komplekskompleks tersebut mengandung elektron-elektron tak berpasangan, tak berwarna, serta bersifat paramagnetik. Kompleks merupakan suatu senyawa yang ligannya (ion, molekul atau gugus atom donor elektronnya) membentuk ikatan-ikatan koordinasi dengan ion atom pusat. Ligannya sebagai donor pasangan elektron dan atom pusatnya sendiri bertindak selaku akseptor pasangan elektron tersebut. Tak jarang pula kompleks-kompleks tersebut mengandung elektron-elektron tak berpasangan, tak berwarna, serta bersifat paramagnetik, syarat terbentuknya senyawa kompleks: Lebih mudah terbentuk jika jari-jari ion atau atom pusatnya kecil tetapi memiliki muatan besar.

Senyawa yang tersusun atas ssatu atom pusat, biasanya logam, atau kelompok atom, seperti VO, VO 2 dan TiO yang dikelilingi oleh sejumlah anion atau molekul netral disebut senyawa kompleks netral disebut senyawa kompleks. Anion atau molekul netral yang mengelilingi atom pusat atau kelompok atom itu disebut ligan. Jika ditinjau dari sistem asam-basa Lewis, atom pusat atau kelompok atom dalam senyawa kompleks tersebut bertindak sebagai asam lewis, sedangkan ligannya bertindak sebagai basa Lewis. Ikatan yang terjadi antara ligan dan atom pusat merupakan ikatan kovalen koordinasi, sehingga senyawa kompleks disebut juga senyawa koordinasi. Jumlah ligan yang mengelilingi atom pusat menyatakan bilangan koordinasi. Jumlah muatan kompleks ditentukan dari dari penjumlahan muatan ion pusat dan jumlah muatan ligan yang membentuk kompleks. Cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang senyawa koordinasi dinamakan kimia koordinasi. Sifat-sifat senyawa koordinasi dapat diprediksi dari sifat ion pusatnya, M n+, dan ligan, L 1, L 2,... dan seterusnya. Hal yang sangat spesifik dari senyawa kompleks adalah adanya spesies 1

bagian dari senyawa itu yang tidak berubah baik dalam padatan maupun dalam larutan, walaupun sedikit ada disosiasi. Spesies tersebut dapat berupa nonionik, kation dan anion, bergantung pada muatan penyusunnya. Jika bermuatan maka spesies itu disebut ion kompleks atau lebih sederhana disebut spesies kompleks.

 

   

BAB II

PROSEDUR KERJA

 

2.1 Titrasi

A.    Prinsip Analisis

Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yangdiperoleh dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu(biasanya dari buret) larutan standar (yang sudah diketahui konsentrasinya denganpasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belumdiketahui konsentrasinya. Untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna,maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi.  Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar) yang pH dan konsentrasinya telah diketahui. Saat ekuivalen mol titran sama dengan mol analitnya maka secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan kedua.

B.     Tujuan Analisis

Menentukan secara kuantitatif suatu zat dalam larutan dengan zat/larutan lain yang konsentrasinya telah diketahui melalui reaksi secara bertahap hingga mencapai titik stoikiometri.

C.    Alat dan Bahan

Alat:                                                                        Bahan:

-          Labu ukur                                              - NaOH 0,1 N

-          Tabung reaksi ukur                                - HCl

-          Piper tetes                                              - Indikator Phenolpthalen                              

-          Pipet gondok                                          - Aquadest

-          Erlenmeyer

-          Statif

-          Corong

-          Buret

 

 

 

 

 

D.    Prosedur Kerja

1.      Prosedur pembuatan larutan standar (pengenalan dengan labu ukur) larutan telah dibuatkan oleh laboran.

2.      Buat larutan NaOH 0.1 N dalam 100 ml (Mr NaOH=40) ---- siapkan labu ukur 100 ml.

3.      Masukan 50 ml larutan NaOH tersebut ke dalam Buret dengan menggunakan corong.

4.      Ambil 25 ml larutan standar HCl dengan menggunakan pipet gondok masukan ke dalam labu erlenmeyer.

5.      Tambahkan 4 tetes PP.

6.      Titasi dengan menggunakan NaOH, hentikan titrasi hingga terjadi perubahan warna merah muda yang konstan.

7.      Lakukan sebanyak 3 x (langkah c s.d e)

 

2.1 Stoikiometri Reaksi

A.    Prinsip Analisis

Prinsip dasar percobaan ini adalah hukum Proust yaitu pada setiap reaksi, zat yang bereaksi dengan sejumlah tertentu zat lain selalu tetap.

B.     Tujuan Analisis

·         Mengamati perubahan kimia sebagai petunjuk terjadinya suatu reaksi.

·         Menentukankoefisien reaksi berdasarkan pembentukan endapan dengan metode variasi kontinu.

C.    Alat dan Bahan

Alat:                                                                  Bahan:

-          Labu ukur                                         - CUSO4  0,1N

-          Tabung reaksi 25 ml                          - NaOH  0,1N

-          Pipet tetes                                         - Amoniak

-          Tabung reaksi ukur                                - Ba(OH)2

-          Spatel                                               - CaCO3

-          Gelas Kimia                                      - Metanol

-          Pengaduk gelas                                  - H2SO4

-          Mistar                                               - KMnO4

 

D.    Prosedur Kerja

Prosedur kerja (A)

Tabung 1: isi dengan 2 mL larutan CuSO4 0,1 M + tetes demi tetes larutan NaOH 0,1 M kemudian dikocok dan amati perubahannya.

Tabung 2: isi dengan 2 mL larutan CuSO4 0,1 M  + tetes demi tetes amonia 0,1 M amati perubahannya sampai terjadi perubahan 2x

Prosedur kerja (B)

Tabung 1: masukkan seujung sendok serbuk CaCO3  + 3 mL HCl 1 M, tutup dengan sumbat berpipa pengalir, dan ujung pipa pengalir masukkan ke dalam tabung reaksi ke2 sampai ujungnya tercelup ke dalam larutan Ba(OH)2 amati perubahan yang terjadi.

Tabung 2: masukkan larutan Ba(OH)2 0,05M

Siapkan tabung reaksi, masukkan 2 mL metanol+ 2 mL H2SO4 pekat yang dialirkan melalui dinding tabung secara hati-hati+4-5 tetes KMnO4 dan amati perubahannya.

Prosedur kerja Stoikiometri Reaksi Pengendapan

a.       Siapkan 1 buah gelas kimiadan 2 tabung rekasi ukur.

b.      Siapkan didalam tabung rekasi ukur 1 dengan NaOH 0,1 mol sebanyak 5 ml.

( Banyaknya NaOH 0,1 mol yang di butuhkan berbeda setiap percobaanya)

c.       Siapkan didalam tabung reaksi ukur 2 dengan CuSO4 O,5 ml sebanyak 25 ml.

( Banyaknya CuSO4 0,1 mol yang di butuhkan berbeda setiap percobaanya)

d.      Masukan kedua senyawa tersebut kedalam gelas kimia ( boleh satu persatu atau berbarengan).

e.       Aduk keduabahan tersebut dengan pengaduk gelas.

f.       Setelah tercampur rata diamkan sampai mengashilakan endapan.

g.      Setelah senyawa tersebut menghasikan endapan, kemudian endapan tersebut diukur menggunakan penggaris ukur.

h.      Amati dan ukur berapa tinggi endapanya.

Pengenceran H2SO4 pekat

·         Siapkan aquadest 10 ml kedalam tabung reaksiukur 1

·         Siapkan juga H2SO4 pekat 3 ml kedalam tabung rekasi ukur 2

·         Masukan aquadest tersebut kedalam tabung rekasi.

·         Masukan juga H2SO4 pekat kedalam tabung yang sama.

·         Masukan H2SO4 pekat secara perlahan melalui dinding tabung.

2.3 Destilasi

A.    Prinsip Analisis

Prinsip destilasi adalah didasarkan atas perbedaan titik didih komponen zatnya. Destilasi dapat digunakan untuk memurnikan senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih berbeda sehingga dapat dihasilkan senyawa yang memiliki kemurnian yang tinggi.

B.     Tujuan Analisis

Memisahkan dan memurnikan zat cair, menentukan titik didih.

C.    Alat dan Bahan

Alat:                                                                        Bahan:

- Labu destilasi                                                      - NaOH 0.01 M

- Kondensor                                                           - Aquadest

- Saluran air

- Pembakar spirtus

- Kaki tigadan Kasa asbes

- Labu ukur

-Gelas ukur

-Gelas kimia

-Batang pengaduk

 

E.     Prosedur Kerja

1.      Buat larutan NaOH 0.01 M sebanyak 100 ml (Mr NaOH=40)

2.      Masukan larutan tsb ke dalam labu destilasi, tambahkan 3 butir batu didih dan 5 tetes PP

3.      Siapkan stopwatch

4.      Nyalakan bunsen dan panaskan larutan yang terdapat dalam labu (stopwacth dimulai berbarengan dengan proses pemanasan)

5.      Tampung hasil destilat di tabung ukur 10 ml

6.      Perhatikan suhu pada termometer

7.      Kemudian Isi tabel berikut.

 

 

2.4   Pembuatan Kristal Garam

A.    Prinsip Analisis

Prinsip dasar kristalisasi Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh (supersaturated) yaitu kondisi dimana pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut.

B.     Tujuan Analisis

Membuat kristal garam kalium nitrat

C.    Alat dan Bahan

Alat:                                                                        Bahan:

-          Gelas kimia 100 ml                                  - KCl

-          Pembakar bunsen                                      - NaNO3

-          Kaki tiga dan kasa asbes                           - Aquadest

-          Termometer                                              - Es batu                            

-          Gelas ukur 10 mL dan 50 mL

-          Kaca arloji

-          Corong biasa

-          Pipet tetes

-          Mikroskop

-          Tabung reaksi

-          Botol semprot

D.    Prosedur Kerja

1.      Panaskan aquadest sebanyak 120 ml.

2.      Menimbang 15 gram KCl kemudian dilarutkan dalam 50 mL air panas.

3.      Menimbang 15 gram kemudian dilarutkan NaNO3 dalam 50 mL air panas.

4.      Mencampur larutan KCl dan NaNO3 dan kocok dengan batang pengaduk.

5.      Menguapkan campuran sampai volume campuran mendekati 40 ml.

6.      Campuran yang volumenya telah dikisatkan, saring dalam keadaan panas agar endapan yang terbentuk dapat dipisahkan dari larutannya.

7.      Mengeringkan campuran, kemudian menimbang hasilnya.

 

2.5  Reaksi Pengenalan Gas

A.    Prinsip Analisis

Berdasarkan reaksi pembentukan gas

B.     Tujuan Analisis

Mengetahui dan mengenal pembuatan gas

C.    Alat dan Bahan

Alat:                                                                        Bahan:

-          Beaker                                                             - Ba(OH)2

-          Bunsen                                                            - CaCO3

-          Corong                                                            - CuSO4(10%)

-          Kaca arloji                                                       - HCl

-          Kaki tiga                                                         - H2SO4(6N)              

-          Kawat kassa                                                    - Logam Zn

-          Pipa bengkok                                                  - NH4Cl

-          Tabung reaksi                                                  - Kertas Lakmus Merah

D.    Prosedur Kerja

Gas Hidrogen

  1. Masukkan seujung spatel logam Zn kedalam tabung reaksi
  2. Tambahkan 5 mL H2SO4 (6N) dan 5 tetes CuSO4 (10%), segera tutup dengan tabung reaksi lain
  3. Setelah reaksi berjalan kurang lebih 30 detik, nyalakan korek api, angkat tabung reaksi yang berisi gas hydrogen (tutupnya) secara hati-hati
  4. Amati apa yang terjadi.

 

 

 

 

Gas Amoniak ( NH3)

  1. Ambi NH4Cl seujung spatel, simpan dalam kaca arloji
  2. Tambahkan 5 tetes NaOH (6N) dan tutup dengan corong yang diletakkan terbalik
  3. Ujung corong disumbat dengan kertas lakmus merah yang telah dibasahi aquadest
  4. Tempatkan diatas penangas air
  5. Amati perubahan yang terjadi (lakmus merah akan berubah menjadi biru)

C. Gas Karbon Dioksida (CO2)

  1. Masukkan BaOH sebanyak 5 mL kedalam tabung reaksi (1)
  2. Tutup menggunakan pipa sumbat
  3. Masukkan HCL encer sebanyak 5 mL kedalam tabung reaksi lain (2)
  4. Tambahkan CaCO3 seujung spatel kedalam tabung reaksi (2) sehingga akan terbentuk gas CO2
  5. Sambungkan tabung reaksi (1) dengan tabung reaksi (2)
  6. Sedikit gas tersebut dengan cara mengalirkan kedalam air barit(BaOH)2
  7. Amati perubahan (jika terjadi kekeruhan menandakan adanya gas CO2

 

2.6   Pembuatan Garam Kompleks

A.    Prinsip Analisis

Prinsip dasar kristalisasi Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh (supersaturated) yaitu kondisi dimana pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut.

 

B.     Tujuan Analisis

Untuk menegetahui cara pembutan garam kompleks Cu-tetramin-sulfat

 

 

 

C.    Alat dan Bahan

Alat:                                                                  Bahan:

-          Gelas kimia                                                              - CuSO4

-          Corong                                                        - Amonia pekat

-          Batang pengaduk                                        - Alkohol

-          Spatel                                                          - Aquadest

-          Gelas ukur                                                              - Es Batu

-          Pipet tetes

-          Mortir dan stamper

-          Kertas perkamen

-          Kertas saring

 

D.    Prosedur Kerja

1.      Tumbuk 20 gram CuSO4 sampai halus kemudian masukan kedalam gelas kimia ditambahkan 30 ml amonia pekat dan 20 ml aqua DM dalam beaker glass 100 ml sehingga menjadi warna biru benhur.

2.      Saring larutan air tersebut menggunakan kertas saring Whatman medium sambil menyempurnakan endapan dengan 30ml alkohol sedikit demi sedikit.

3.      Diamkan beberapa menit tempatkan di tempat yang dingin atau air es.

4.      Saring kristal biru gelap dengan penyaring buchner.

5.      Cuci endapan dengan campuran 5ml alkohol dan 5ml amonia pekat, cuci kembali dengan alkohol dan kemudian keringkan garam ini pada temperatur kamar.

6.      Timbang garam ini sebagai garam Cu-tetraamin sulfat.

 

 

 

BAB III

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

3.1 Titrasi

Titrasike-

V HCL (ml)

V NaOH (ml)

1

25 ml

22 ml

2

25 ml

21,5 ml

3

25 ml

21,5 ml

V rata-rata

25 ml

21,5 ml

 

                     Perhitungan :

N1 x V1 – N1- V2

                     Diketahui     :      V1 = Vol rata-rata NaOH
                           N1 = Normalitas NaOH
                           V2 = Vol rata-rata HCl
Ditanyakan :       N2 = Normalitas HCl

                      Jawab       :        V1 x N1 – V2 x N2
                                                21,5 x 0,1 – 25 x N2
                                                21,5 = 25 N2
                                                N2 = 21,5/25 = 0,086 N

3.2 Stoikiometri Reaksi

Prosedur Kerja (A)

-          2 ml CuSO4 + NaOH 4 tetes = Perubahan warna dari biru menjadi abu

-          2 ml CuSO4 + Amoniak 4 tetes = Perubahan warna dari bitu menjadi abu

Prosedur Kerja (B)

Ba(OH)2 + CaCO3
Ba(OH)2 + HCl

Perubahan yang terjadi ketika larutan digabungkan

-          Timbulnya endapan pada tabung Ba(OH)2

-          Larutan menjadi berwarna kuning

Prosedur Kerja (C)

2 ml Metanol + 2 ml H2SO4 lalu tambahkan 4 tetes KMnO4 pekat

Perubahan yang terjadi:

-          Adanya kenaikan atau perubahan suhu ketika tabung dipegang (menjadi panas).

 

Prosedur kerja Stoikiometri Reaksi Pengendapan

PERCOBAAN

NaOH 0,1 mol

CuSO4 0,1 mol

HASIL PENGENDAPAN

GELAS 1

5 ml

25 ml

1 mm

GELAS 2

10 ml

20 ml

2 mm

GELAS 3

15 ml

15 ml

5 mm

GELAS 4

20 ml

10 ml

10 mm

GELAS 5

25 ml

5 ml

7 mm

 

-          Prosedur KerjaPengenceran H2SO4 pekat

Awal

Aquades

H2SO4 pekat

Akhir

Hasil (o)

-

10 ml

3 ml

13 ml

±510

 

3.3 Destilasi

Volume

Suhu (°C)

Waktu

Tetes Awal

94°C

20:34

Tetes Akhir

92°C

1:24:28

 

3.4 Pembuatan Kristal Garam

massa KCl

15.01 gram

massa NaNO3

17.00 gram

massa campuran Kristal KCl + NaNO3

28.93 gram

 

·         15 gram KCl (putih) + 50 mL air    larutan bening KCl

·         17 gram NaNO3 (putih) + 50 mL air    larutan bening NaNO3

·         Larutan KCl + larutan NaNO3   kristal + filtrat   kristal sebanyak 28.93 gram

 

3.5  Reaksi Pengenalan Gas

Hidrogen

 

Sebelum reaksi

Sesudah reaksi

Tidak bewarna

Terjadi endapan

-

Terjadi letupan kecil/ledakan kecil ketika di dekatkan dengan api

Tidak berbau

Sedikit tercium bau karena terjadi reaksi

 

Karbon dioksida

 

Sebelum reaksi

Sesudah reaksi

Kertas lakmus berwarna merah

Kertas lakmus berwarna merah

 

Amoniak

 

Sebelum reaksi

Sesudah reaksi

Cairan berwarna bening

Cairan berwarna bening

 

 

                      

 

 

3.6  Pembuatan Garam Kompleks

Perlakuan

Hasil Pengamatan

Larutan 20g CuSO4 +30ml amonia pekat+ 20ml aquadest

Larutan berwarna biru benhur

Saring larutan + 30ml alkohol

Endapan tersaring dan larutan hasil penyaringan berwarna biru tua

Didiamkan di air es

Terjadi pengkristalan berwarna biru gelap

Larutan saring dengan penyaring buchner

Sediki demi sedikit terbentuk garam

Pencucian endapan dengan 5ml alkohol dan 5ml amonia pekat

Terbentuklah garam

Pengeringan di suhu kamar

Dihasilkan Garam Cu-tetraamin sulfat sebanyak 2.788 gram

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Titrasi

Pada percobaan ini, 3 larutan NaOH 0,1 N yang sudah diketahui konsentrasinya disimpan di dalam erlenmeyer dan  diteteskan tetes demi tetes hcl menggunakan buret, goyangkan erlenmeyer hingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi pink pucat pekat. Warna pink muncul tapi kemudian hilang hal ini menentukan titrasi telah mencapai Titik Ekivalen, Titrasi diteruskan hingga warna pink muda tidak hilang, ini menandakan Titik Akhir titrasi sudah tercapai. Titrasi di hentikan, apabila titrasi dihentikan maka warna pink akan semakin pekat hal ini menandakan Titrasi Kelebihan (Over TA).

4.2  Stoikiometri Reaksi

Stoikiometri Reaksi Pengendapan

Proses ini di lakukan dengan 5 percobaan, yang masing-masing percobaannya memerlukan NaOH 0,1 dan CuSO4 dengan ukuran senyawanya yang berbeda,antara lain :

-          Percobaan 1, NaOH 0,1 mol (5ml) dan CuSO4 0,1 mol (25ml)

-          Percobaan 2, NaOH 0,1 mol (10ml) dan CuSO4 0,1 mol (20ml)

-          Percobaan 3, NaOH 0,1 mol (15ml) dan CuSO4 0,1 mol (15ml)

-          Percobaan 4 , NaOH 0,1 mol (20ml) dan CuSO4 0,1 mol (10ml)

-          Percobaan 1, NaOH 0,1 mol (25ml) dan CuSO4 0,1 mol (5ml)

Setelah dicampurkan kedua senyawa tersebut langsung di aduk dengan batang pengaduk, dan diamkan beberapa saat senyawa tersebut sempai terbentuknya pengendapan. Ukur berapa tinggi pengendapan yang dihasilkannya.

Stoikiometri Pengenceran H2SO4 pekat

Percobaan pengenceran pada senyawa H2SO4 pekat dengan air aquadest. Jika aquadest sudah dimasukan kedalam tabung reaksi sebanyak 10 ml disambung dengan dimasukannya senyawa H2SO4 pekat kedalam tabung yang sama sebnyak 3 ml, masukan H2SO4 pekat secara perlahan melalaui dinding tabung. Secara perlahan juga suhu dalam tabung akan meningkat.

4.3 Destilasi

Pada praktikum kali ini metode destilasi yang kita lakukan adalah destilasi sederhana. Pertama   menimbang  NaOH dengan kaca arloji. Kemudian NaOH dilarutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur. Selanjutnya, larutan NaOH di pindahkan ke dalam labu destilasi dan di destilasi selama satu setengah jam. NaOH dan air pun terpisah, NaOH yang menguap kemudian di embunkan dan di alirkan ke wadah penampung, dengan begitu larutan NaOH dan air bisa terpisah berdasarkan perbedaan titik didihnya.

4.4  Pembuatan Kristal Garam

Pada percobaan ini, kristal NaCl dan KNO3 dibuat dengan mereaksikan kristal KCl yang telah dilarutkan dalam air panas dengan kristal NaNO3 yang juga telah dilarutkan dalam air panas. Kedua larutan ini dicampur kemudian diuapkan untuk menghilangkan kelebihan air (pelarut). Kristal yang terbentuk pada saat penguapan ini kemudian disaring dan disebut sebagai kristal X. Selanjutnya filtrat yang diperoleh didinginkan dan terbentuk kristal Y. Larutan KCL dan NaNO3 dicampur dan didinginkan, untuk mendinginkan larutan agar cepat mengkristal. Kristal yang terbentuk sebanyak 28.93 gram.

Reaksi yang terjadi:

-    Reaksi Ionisasi

KCl(s)  +  H2O     K+(aq)  +  Cl-(aq)

-       Reaksi pembentukan

NaNO3(s)   +   H2O      Na+(aq)   +   NO3-(aq)

K+(aq)   +   NO3-(aq)     KNO3(s)

Na+(aq)   +   Cl-(aq)      NaCl(s)

Setelah mengamati suhu pembentukan kristal NaCl dan KNO3, dapat disimpulkan bahwa kristal NaCl terbentuk pada saat diuapkan di mana kelarutan NaCl pada suhu tinggi itu rendah sehingga NaCl mengkristal pada suhu tinggi. Sedangkan kristal KNO3 terbentuk pada saat pendinginan di mana KNO3 memiliki kelarutan yang rendah pada suhu rendah sehingga KNO3 mengkristal pada suhu rendah.

 

 

4.5  Reaksi Pengenalan Gas

A.    Gas Hidrogen

Penggabungan Logam Zn 5 ml , H2SO5 tetes dan CuSO4 10 % ke dalam tabung reaksi mengakibatkan reaksi kimia.Keadaan awal setelah menambahkan,nampak pada tabung reaksi berbusa dan perubahan warna dari yang sebelumnya berwarna biru menjadi berwarna abu abu,selain itu terdapat gumpalan hitam menutup diameter tabung reaksi pada bagian atas. Penutupan tabung reaksi diatas tabung reaksi yang lainnya dimaksudkan untuk menimbun gas yang ditimbulkan akibat reaksi tersebut.Hal ini jelas terbukti bahwa setelah kurang lebih 30 detik tabung ditutup dan ketika dibuka dan didekatkan pada api terdapat letupan kecil.

 

B.     Gas Amoniak

Air yang dipanaskan akan menguap,uap tersebut akan mengenai kaca arloji yang diatasnya terdapat NH4Cl dan NaOH kemudian kedua zat tersebut akan menguap dan terhalang oleh kertas lakmus.Hal ini mengakibatkan kertas lakmus yang awalnya berwarna merah menjadi berwarna biru.Perubahan tersebut dikarenakan reaksi yang ditimbulkan menimbulkan adanya gas amoniak didalamnya yang bersifat basa .

 

C.    Gas Karbon Dioksida

Pada saat Ba(OH)2dimasukkan  kedalam tabung reaksi dan ditutup selang bengkok  cairanberwarna bening, kemudian pada Pada Saat HCl ditambahkan dengan CaCO3 terjadi endapan.HCl dengan CaCO3 dialirkan ke dalam air baritBa(OH)2 dengan menggunakan selang bengkok. Setelah dialirkan terjadi perubahan warna cairan pada tabung reaksi Ba(OH)2 yang awalnya tidak berwarna (bening) menjadi berubah keruh. Perubahan tersebut membuktikan bahwa terdapat karbondioksida didalam air baritBa(OH)2 yang berubah warna menjadi keruh.

 

4.6  Pembuatan Garam Kompleks

Pembuatan larutan CuSO4, amonia pekat, dan aquadest di dalam gelas kimiawarna larutan berwarna biru benhur, larutan harus larut sempurna.  setelah larutan terlarut sempurna lalu saring dengan penambahan alkohol hasil penyaringan larutan berwarna biru tua. Kemudian larutan hasil penyaringan didiamkan di air es yang terjadi adalah terbentuk endapan kristal berwarna biru gelap. Setelah terbentuk endapan kristal berwarna biru gelap kemudian saring dengan penyaring buchner lalu cuci endapan dengan alkohol dan amonia pekat terbentuklah garam yang disebut garam Cu-tetraamin sulfat .

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

KESIMPULAN

 

5.1 Titrasi

Titrasi adalah metode analisa yang didasarkan pada perhitunga volume. Melalui proses titrasi, suatu kemolaran dapat ditentukan, begiru juga kadar asam basa.

5.2 Stoikiometri Reaksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan, stoikiometri itu berkaitan dengan “reaksi” dimana satu zat atau larutan yang dicampur akan memberikan suatu reaksi perubahan baik itu perubahan suhu, warna, bau, endapan, dll.

5.3 Destilasi

Destilasi merupsksn mrtode analisa yang di dasarkan pada perbedaan titik didih. Suatu larutan yang telah bercampur, dapat dipisahkan kembali dengan metode destilasi asal keduanya memiliki perbedaan titik didih.

5.4  Pembuatan Kristal Garam

Kristal NaCl dan KNO3 dibuat dengan mereaksikan KCl dengan NaNO3 di mana kristal NaCl terbentuk pada suhu tinggi dan kristal KNO3 terbentuk pada suhu rendah.

5.5  Reaksi Pengenalan Gas

Dari hasil pratikum tentang reaksi kimia, kita dapat mengetahui hasil reaksi reaksi yang di campurkan atau di larutkan. Dari percobaan didapatkan reaksi yang terjadi dari senyawa yang direaksikan adalah sebagai berikut :

·           Mereaksikan logam Zn dengan CuSO4 10 % di tambahkan 5 tetes H2SO4, yang menghasilkan gas hydrogen, terbukti dengan adanya letupan kecil/ledakan kecil ketika di dekatkan dengan api.

·           Mereaksikan NH4CL dan NaOH dengan menguapkannya sehingga menjadikan lakmus merah menjadi warna biru, membuktikan adanya gas amoniak dengan mereaksikan ke dua zat tersebut yang bersifat basa.

·           Mereaksikan HCL di campur dengan CaCO3 dan dialirkan pada Ba(OH)2, yang akan menghasilkan CO2 yang menyebabkan perubahan cairan yang awalnya bening menjadi keruh.

5.6  Pembuatan Garam Kompleks

Dari percobaan diatas kita menghasilkan garam yang disebut garam Cu-tetraamin sulfat sebanyak 2.788 gram dari hasil gerusan CuSO4yang digerus halus dan dilarutkan dengan H2O dan amonia pekat kemudian disaring dengan bantuan Alkohol. Pembuatan garam kompleks ini terbuat dari senyawa-senyawa kompleks yang terkoodinasi dan selalu memiliki ion dan molekul yang kompleks.

 

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

·         Inti Rahmania, S. Si dan Ita Inayah. 2018. Modul Praktikum Kimia dasar. Bandung : Universitas Al-Ghifari.

·         Budiman, Arief. 2017. DestilasiTeoridanPengendalianOperasi. Yogyakarta: UGM Press Grasindo.

·         Pendidikan, Dosen. 2021. Destilasi.https://www.dosenpendidikan.co.id/distilasi-adalah/(diaksestanggal 02 April 2021).

·         Wikipedia. 2021. Destilasi. http://id.wikipedia.org/wiki/titik_didih(diaksestanggal 03 April 2021)

·         Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

·         Chang, Raymond. 2005. Konsep Dasar Kimia. Jakarta: Erlangga

·         Tim Dosen Kimia Anorganik. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar: Laboratorium Kimia FMIPA UNM

·         Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Bagian I. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.

·         Sugiyarto, Kristian. H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

·         Sofia, mira. 2016. Laporan Praktikum Kimia Dasar Reaksi Pengenalan Gas. http://mirasofia09.blogspot.com/2016/02/makalah-reaksi-pengenalan-gas.html (diakses 03 april 2021)

·         Modul Praktek Kimia Dasar

Percobaan Pembuatan Garam Rangkap Dan Garam Kompleks - PDFCOFFEE.COM, n.d.)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL 5- Resensi Novel "William" Karya Risa Saraswati

  ANALISIS NOVEL Dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia dari ibu Dra. Hanny Kartini     ...