Rabu, 16 Juni 2021

ARTIKEL 5- Resensi Novel "William" Karya Risa Saraswati

 

ANALISIS NOVEL

Dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia

dari ibu Dra. Hanny Kartini

 

 

 

Di susun oleh :

Monikha Hellenia Sephia

XII A4

 

 

SMK NEGERI  7 BANDUNG

Jalan Soekarno Hatta No. 596 Bandung

2019

 

 

 

 

 

WILLIAM


 

 

I.          IDENTITAS BUKU

 

Judul: William

Pengarang : Risa Saraswati

Desainer Sampul : Raden Monic

Penyunting : Summer Jazzy

Penerbit : PT. Bukune Kreatif Cipta

Halaman : 206 Halaman

Tahun Terbit : Cetakan keempat, Oktober 2017

 

II.             SINOPSIS

 

Buku ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang anak kecil keturunan Belanda bernama William Van Kemmen. Dia adalah anak yang tampan, apalagi dengan biola yang  menemaninya. Namun, dalam hatinya ia merasa kesepian. Semua itu karena kepindahan keluarganya ke Hindia Belanda. Kini matanya kosong karena kesedihan, tidak ada yang mau berteman dengannya.

Dia adalah putra tuggal keluarga Van Kemmen yang kaya raya. Tapi ia tidak seperti orang belanda lain yang angkuh, sombong, dan congkak. Walau usianya masih kecil, namun sikapnya sangat dewasa. Wataknya sangat berlainan dengan watak ibunya.

Namun, setelah kematian menyapa. Barulah ia merasa bahagia. Akhirnya ia berteman dengan Peter si anak nakal, Hendrick si congkak, Hans yang perasa, Janshen si ompong, hingga Risa si anak manusia yang bisa melihat hantu.

 

III.             UNSUR EKSTRINSIK

 

Risa Saraswati lahir di Bandung pada tanggal 24 Februari 1985, dari pasangan Iman Sumantri dan Elly Rawilah. Selain berprofesi sebagai penulis, anak pertama dari dua bersaudara ini juga adalah vokalis band Sarasvati dan pegawai negeri sipil di pemerintah kota Bandung. Ia banyak merilis buku yang menceritakan tentang hantu- hantu dan kedekatan Risa dengan sahabat hantunya. Peter, Hans, Hendrick, William, Janshen. Dan teman- teman hantu lainnya.

 

IV.             UNSUR INTRINSIK

1.      Judul

William

2.      Tema

Salah Satu sahabat hantu Risa Saraswati, William Van Kemmen di masa hidupnya hingga saat – saat terakhir ia meregang nyawa.

3.      Tokoh

a.       Protagonis

William Van Kemmen

Johan Van Kemmen

Dietje Wijnberg

b.      Antagonis

Maria Van Kemmen

Eunice Wyk

c.       Tritagonis

Nouval Van Kemmen                               Barbara           

Toto Maryoto                                            Ollaf

Nyai                                                          Nona

Dewi                                                         Para Bedinde

Kas                                                            Para Jongos

Jan

 

 

4.      Alur

a.       Jenis Alur

Novel ini mempunyai alur yang maju, dimulai dari kepindahan keluarga Van Kemmen dari Netherland ke Hindia Belanda untuk berbisnis. Awalnya mereka pindah ke Batavia, kemudian mereka pindah ke Bandoeng karena keinginan Nyonya Van Kemmen. Cerita dimulai dari awal kepindahan keluarga Van Kemmen ke Bandoeng hingga saat Jepang datang dan menyerang keluarga Van Kemmen.

b.      Tahapan Alur

1)      Orientasi

Pengarang menceritakan tentang kisah hidup seorang anak bernama William Van Kemmen, seorang anak laki- laki berumur 9 tahun keturuna Netherland yang harus mengikuti keinginan kedua orang tuanya untuk pindah ke Hindia Belanda untuk urusan bisnis keluarganya. Hal ini dibuktikan dengan penggalan berikut yang terdapat pada halaman 2.

 

“Bukankah kau sudah berjanji jika tidak akan mengeluh di Hindia Belanda?” ucap laki-laki itu sambil terkekeh melihat ekspresi istrinya.

 

2)      Generating circumstances (Cerita mulai bergerak)

Setelah pindah ke kota Bandung, William Van Kemmen mulai bersekolah di kota Bandung dan diharuskan oleh mamanya agar menjadi seperti tipe - tipe anak orang kaya lainnya, tetapi William enggan bersikap seperti anak– anak itu. Hal ini dibuktikan pada Halaman 15.

 

“tidak, kau harus bersekolah bersama anak-anak residen. Kau harus banyak bergaul dengan mereka agar kau mengerti bagaimana caranya bersikap seperti orang kaya”

 

3)      Rising Action (muncul bibit pertikaian)

William yang merasa kesepian dan tidak pernah mendapat perhatian dan kasih sayang dari Mamanya, Akhirnya membuka mulut dan bercerita kepada seorang Bedinde yang bekerja di rumahnya. Bedinde itu merasa kasihan dan memeluk William dengan penuh kasih sayang. Tapi kemudian Mama William marah besar dan mengusir Nyai, Bedinde yang tadi memeluknya.

Hal ini di buktikan pada Hal 38

“Demi Tuhan, apa yang kau lakukan pada anakku, wanita menjijikan! Jangan menganggap kalau dia adalah anakmu! Kau sungguh keterlaluan! Pergi kau dari sini!”

 

Saat William merubah sikapnya menjadi yang Mamanya inginkan, saat Mama William bangga kepadanya, seorang teman dekatnya hilang entah kemana.

Hal ini dibuktikan pada Hal 51.

“Sikap ku terhadap nya telah membuahkan kebahagiaaan baru untuk Mama. Tapi dibalik itu, ada seorang anak tak berdosa yang terluka Risa”

 

Pendekatan William dengan guru di sekolahnya yaitu Nyonya Dietje Wijinberg tidak disukai oleh mamanya karena Nyonya Dietje dianggap idealis. Sehingga ia di pindah tugaskan ke sekolah pinggiran oleh mama William. Kemudian Maria mendatangkan guru pengganti dari Batavia untuk mengajari William, Namanya Eunice Wyk. Nyonya Eunice memiliki sikap sombong, angkuh dan pemikirannya sangat cocok dengan Maria, Mama William.

Hal ini dapat dibuktikan pada Hal 108.

“Eunice Wyk namanya. Beberapa anak selalu tegang jika berada di dekatnya. Dia terkenal disiplin dan tak sukaa di remehkan oleh muridnya”

 

 

 Nyonya  Eunice yang menjadi guru pelajaran tambahan dan sering hadir ke rumah William ternyata orang yang pandai memanfaatkan situasi yaitu mengincar uang keluarga Van Kemmen.

Hal ini  dapat dibuktikan pada Hal 119.

“Jika bukan karena uang keluargamu, aku tak sudi melakukan semua ini denganmu” Sekilas Eunice mengumpat dan ada William di belakangnya.

 

Maria Van Kemmen sangat murka karena William yang meluapkan kekesalanya dengan terlihat terpelajar di depan Nyonya Eunice. Nyonya Eunice terus merendahkan Willliam dan terus meracau tentang kejelekan anak keluarga Van Kemmen. Maria terus menangis karena keluarganya menjadi bahan gunjingan orang-orang Belanda kaya yang ada di Kota Bandung. Hingga Maria memutuskan untuk kembali ke Netherland seorang diri.

Hal ini dapat dibuktikan pada Hal 130.

“Tadi malam, dia sungguh yakin atas keputusannya untuk kembali ke Netherland. Baginya, tak ada lagi yang bisa di pertahankan di kota ini. Harga dirinya sudah hancur dipermalukan oleh anak kandungnya sendiri”

 

Sepulangnya Maria setelah dijemput Johan dan William, membuat sikap Maria terhadap William jadi lembut. Sayangnya hal itu hanya berlangsung ketika Maria tidak bertemu dengan teman-temannya. Setelah Maria bertemu dengan teman-temannya sikapnya berubah menyebalkan lagi.

Hal ini dapat dibuktikan pada Hal 149.

 

                                 “Hari itu, aku kembali di pojokkan. Dan mama, kembali ke kehidupannya yang dulu. Papa juga tak bisa berbuat apa-apa, padahal ku kira sikapnya sudah mulai tegas pada Mama”

 

                                 Pada saat Jepang yang mulai datang ke Hindia Belanda untuk merebut Hindia Belanda dari Netherland, Keluarga Van Kemmen memutuskan untuk bertahan di Hindia Belanda dengan beranggapan bahwa kekayaan mereka mampu melindungi mereka dari Jepang. Terutama Maria, dia tetap tidak ingin meninggalkan Hindia Belanda dan aset kekayaannya, ia lebih memilih bertahan di Hindia Belanda.

                                 Hal ini dapat di buktikan pada Hal 174.

                                 “....mereka bilang Jepang akan datang ke Hindia Belanda dan merampas negeri ini dari Netherland yang telah menguasai negeri ini selama beratus-ratus tahun lamanya”

                                 Dan pada Hal 175.

                                 “....bahwa dengan kekayaan dan harta yang mereka miliki, rumah keluarga Van Kemmen akan tetap aman. Mereka bisa menyewa banyak orang untuk menjaga rumah”

 

4)      Climax (puncak cerita)

Puncak masalahnya adalah terjadinya pembunuhan keluarga Van Kemmen oleh Jepang secara tragis.

Hal ini di buktikan pada Hal 196.

“....sempat matanya terpejam saat ia mendengar suara teriakan ibunya, seolah sedang ditarik paksa oleh orang-orang yang datang”

Dan pada Hal 198.

“Hingga akhirnya sebuah sabitan benda tajam di leher William membuat segalanya menjadi gelap. Suara biola tak lagi terdengar begitu pula dengan deru nafasnya. Tubuh dan kepalanya terpisah di sertai banyak darah.”

 

5)      Solution (Penyelesaian)

Penyelesaian pada Novel ini adalah ketika William berbahagia atas kematiannya, karena William sudah tidak lagi merasa kesepian.

Hal ini dapat di buktikan pada Hal 198.

“...ada yang aneh pada tubuh William, Sebuah senyum yang terlihat jelas di wajahnya. Dengan mata terpejam, seolah anak itu sedang tertidur dalam mimpinya yang indah”

“...hanya kau satu-satunya jiwa mati yang sangat bahagia atas kematianmu”

 

6)      Ending (Akhir cerita)

Cerita berakhir dengan alur tertutup, cerita di akhiri dengan jelas bahwa William adalah jiwa yang berbahagia atas kematiannya.

5.      Latar

a.       Tempat

Di Batavia,Hindia Belanda

“Sesungguhnya, udara di Batavia tak senyaman yang sering di bicarakan orang-orang”

 

Di Toko Pakaian

“Toko demi toko pakaian mereka masuki, dan keluar dengan banyak barang bawaan yang dibawa oleh para Jongos dan Bedinde”

 

Di Kota Bandung

“Saat ini keluarga Van Kemmen sudah pindah ke kota Bandung, namun ternyata kota ini tidak seperti Paris”

 

Di Sekolah William

“William akhirnya sampai di  Sekolah barunya. Ia masuk ruang kelas, di sana banyak sekali anak-anak penjabat dari Netherland”

 

Di Dapur Rumah William

“Di suatu sore sepulang sekolah, William duduk di dapur belakang sambil....”

 

Di Kamar Mama dan Papa William

“Maria tak juga membukakan pintu kamarnya...”

 

Di Malabar

“Ia berlarian di tengah kebun teh seakan dia lupa pada tujuan utamanya ke Malabar”

 

Di Stasiun Kereta Bandung

“Terlihat Maria tengah duduk di stasiun kereta Bandung”

Di Ruang Tamu

“Saat kakinya melangkah ke ruang tamu...”

 

Di Halaman Belakang

“....tengah termenung sendirian di halaman belakang rumah keluarga Van Kemmen”

 

b.      Waktu

Siang Hari

“Matahari terasa menyengat..”

 

Malam Hari

“William, bisakah besok malam kau memainkan biola di depan teman-teman Papa”

 

Pagi Hari

“Namun di suatu pagi, Maria tiba-tiba mendatangi kamar anaknya”

 

c.       Suasana

Panas menyengat dan bising

“Matahari terasa menyengat, belum lagi teriakan pedagang-pedagang cina dan melayu yang membuat sakit telinga”

 

Sejuk

“Bandoeng terasa sejuk dan membuat tubuhnya tak banyak berkeringat seperti di Batavia”

 

Ribut

“Suara Biola memecah keheningan, langkah kaki yang tadinya terdengar diluar kini berhamburan masuk ke dalam ruamah”

 

Menegangkan

“.....disertai suara jeritam orang-orang desing tembakan senapan”

 

 

 

6.      Watak

a.       Analitik

William pendiam.

“....William lebih memilih diam sendirian di sudut kamar”

 

Johan baik, tegas, terkadang luluh pada istrinya.

“Jiwa kebapakan Johan Van Kemmen memang bisa terlihat dengan jelas saat dia bersama William. Lain hal nya jika ada Maria di sisi laki-laki itu, tanpa sadar Johan menjadi seorang laki-laki yang berada di bawah kekuasaan istrinya”

 

b.      Dramatik

Maria tamak dan serakah

“oh iya, aku juga menginginkan sebuah mobil, serta perhiasan mutiara Asia  setelah melahirkan nanti”

 

7.      Sudut pandang

Sudut Pandang menggunakan orang ke 2 karena pengarang menceritakan tokoh  lain, tetapi pengarang masuk ke dalam cerita.

 

“William Van Kemmen adalah seorang anak Netherland yang kaya raya. Tapi ia tidak sombong dan angkuh seperti ibunya. Ia anak yang baik dan pendiam”

 

“Will awalnya aku bingung kenapa kau bisa bersikap sangat dewasa di usiamu yang semuda ini. Tapi setelah mendengar kisahmu, aku jadi paham dari mana sikap dewasamu ini muncul”

 

8.      Majas

a.       Repetisi

Aku akan mejadi diriku sendiri. Aku akan berbuat baik untuk orang lain”

b.      Personifikasi

“Pohon-pohon teh di Perkebunan Teh Malabar berbaris rapih dan membentang seluas 2020 hektare.

c.       Hiperbola

d.      “Suara teriakan Maria benar-benar memekakkan telinga

e.       Totem Pro Parte

“Hal yang di khawatirkan Netherland menjadi nyata, Nippon benar-benar datang untuk merebut tanah ini dari Netherland

f.       Paralelisme (Anafora)

Bagaimana jika aku dibunuh?

Bagaimana jika aku tersesat?

                       

William tak lagi bersedih

William tak lagi sendirian

 

Bohong  jika merasa tidak resah

Bohong jika merasa tidak was-was

 

Lagu tentang kesedihan

Lagu tentang perpisahan

 

9.      Amanat

a.       Manusia itu sama, kaya atau miskin sama-sama makhluk Tuhan.

b.      Harta itu bisa membuat lupa segalanya. Dan harta tidak akan di bawa mati.

c.       Berbuat baik itu perlu. Dengan siapapun tanpa terkecuali.

d.      Dibalik sikap yang bijak, terdapat masa lalu yang bergejolak.

                                                           

                                                 

ARTIKEL 5- Resensi Novel "William" Karya Risa Saraswati

  ANALISIS NOVEL Dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia dari ibu Dra. Hanny Kartini     ...